Selasa, 16 Februari 2010

BELAJAR AGAMA

Hal-hal Dasar Mengenai Agama Islam.
Kalau anda ingin belajar Agama Islam, ada dua hal penting yang perlu anda perhatikan. Dua hal inilah sumber dari apa yang dibicarakan dalam Islam.
1. Yang pertama adalah Al-Qur’an, kitab sucinya orang Islam.
2. Yang ke dua adalah Hadits, yaitu ucapan, perbuatan / tingkah laku, dan sikap / ketetapan Nabi Muhammad sehari-hari. Artinya, tidak semua yang dikatakan Nabi Muhammad adalah wahyu.
1. Al-Qur’an. Masih asli.
Al-Qur’an adalah seluruh kumpulan wahyu dari Tuhan, yang diturunkan secara bertahap selama 22 tahun lebih pada berbagai situasi dan peristiwa.
Pada situasi penting atau kapan pun Allah ingin memberikan wahyu kepada Muhammad, maka turunlah wahyu itu disampaikan oleh malaikat Jibril / Roh Qudus. Nabi Muhammad lalu menyampaikan kepada sahabatnya, bahwa ada wahyu dari Allah.
Selanjutnya wahyu dihafalkan sahabat-sahabat nabi yang tidak bisa menulis, dan ditulis di berbagai media seperti kulit, batu dan sebagainya bagi yang bisa menulis, karena Nabi Muhammad sendiri tidak bisa menulis.
Selain apa yang dinyatakan Nabi Muhammad sebagai wahyu, ucapan Muhammad adalah kehidupan Muhammad sehari-hari / Hadits. Supaya tidak campur, Hadits tidak boleh ditulis.
Jadi sejak kehidupan Nabi Muhammad, masyarakat sudah memilah antara wahyu dari Tuhan / Al-Qur’an dan kehidupan Muhammad sehari-hari.
Sejak kehidupan Muhammad hingga saat ini ada ribuan orang yang hafal Al-Qur’an di seluruh dunia untuk menjaga keaslian Al-Qur’an.
Dari Negara-Negara Arab, Rusia, Cina, Afrika, Indonesia, Malaysia dan dari mana pun para penghafal Al-qur’an berasal, pasti akan mengucapkan lafal dan suara yang sama.
Kita sudah sering melihat di televisi lomba hafalan Al-Qur’an.
Dari Negara mana pun Al-Qur’an ditulis, tentu tulisannya pasti sama. Tidak berbeda satu huruf pun.
Kitab Al-Qur’an boleh ditulis terjemahannya, tetapi disampingnya harus ditulis pula tulisan aslinya. Supaya diketahui kata asalnya, dan dapat dicocokkan dengan terjemahannya.
Ummat Islam diharuskan beriman kepada 4 kitab suci. Yaitu:
  • Kitab Zabur yang diturunkan kepada Nabi Dawud (salam kami kepadamu wahai Nabi Dawud).
  • Kitab Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa (salam kami kepadamu wahai Nabi Musa).
  • Kitab Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa (salam kami kepadamu wahai Nabi Isa).
  • Kitab Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad (sholawat dan salam kami kepadamu wahai Nabi Muhammad).
Keistimewaan Al-Qur’an sebagai pegangan hidup dan kehidupan setelah mati antara lain:
  • Mulai diturunkan hingga sekarang, bahasa aslinya dari Tuhan ke si penerima wahyu tetap sama dan terjaga.
  • Sejak diturunkan, sudah dipisahkan antara wahyu dan kehidupan Muhammad sehari-hari. Sehingga jelas mana yang wahyu Tuhan, dan mana yang keseharian Muhammad.
  • Sejak diturunkan hingga sekarang para penghafal Al-Qur’an tetap banyak dan makin banyak di seluruh dunia. Kalau karangan manusia, kitab setebal itu tentu tidak bisa dihafal.
Hingga kini dibandingkan dengan kitab samawi (kitab suci) lain, bisa dikatakan Al-Qur’an lebih terjaga keasliannya.
Lautan Ilmu Al-Qur’an.
Selain mengandung ilmu pengetahuan: alam semesta, pergerakan bintang, hukum, politik, ekonomi, perdagangan, keluarga, detail sorga, neraka dan lain-lain (yang akan kami sajikan pada bab lain) ternyata ilmu sastra yang digali dari Al-Qur’an itu sendiri, muncul ilmu pasti di bidang sastra.
Kalau dalam sastra inggris ada beberapa perubahan bentuk verb, seperti perfect, past dan continuous tense maupun gaya bahasa yang lain, maka dalam Al-Qur’an ditemukan bentuk fi’il madli, mudlori’, amar dan lain-lain yang jauh lebih lengkap.
Jadi kesalahan dalam penulisan ayat Al-Qur’an sangat tidak mungkin. Penambahan atau pengurangan satu huruf pun akan terdeteksi. Bahkan kesalahan bunyi maupun kesalahan panjang-pendek ketika kita membaca Al-Qur’an langsung diketahui.
Dari sisi ini saja keaslian Al-Qur’an sudah dapat dipertanggung-jawabkan. Belum lagi dari sisi science yang lain seperti fisika, biologi, matematika, ilmu perbintangan dsb.
2. Hadits. Periwayatannya Jelas.
Hadits adalah kehidupan sehari-hari Nabi Muhammad. Pada awalnya, Hadits ini tidak boleh ditulis supaya tidak rancu dan campur dengan wahyu dari Tuhan / Al-Qur’an yang ditulis oleh para sahabat nabi.
Kurang-lebih 250 tahun kemudian setelah Nabi Muhammad meninggal, barulah Hadits / kehidupan nabi dituliskan. Penulisan tentang kehidupan nabi tidak semudah yang kita perkirakan.
Orang yang mengatakan (misalnya Rahman1), bahwa yang dia katakan adalah ucapan nabi, atau tingkah-laku nabi, kehidupan sehari-hari Rahman1 diselidiki. Apakah dia seorang yang jujur, pernah berbohong, pekerjaannya apa dan seterusnya. Teman-teman Rahman1 ditanya tentang kondite dan integritasnya dengan detail.
Apabila dari penyelidikan dia tidak pernah bohong dan reputasi yang lain baik, maka Rahman1 digolongkan pada Rowi (orang yang meriwayatkan Hadits) dengan nilai baik.
Sekali saja ada data bahwa Rahman1 pernah bohong, maka dia akan masuk dalam daftar yang tidak baik. Sehingga nilai Hadits nya akan tidak baik.
Demikian pula gurunya Rahman1 yang mengatakan, bahwa yang disampaikan nya adalah ucapan nabi, akan diselidiki dengan detail tentang kehidupannya dan dari mana dia mendapatkan penghasilannya.
Demikian pula guru dari gurunya Rahman1 dan seterusnya. Biasanya penyelidikan sebuah Hadits hingga tujuh tingkat guru dan murid. Selanjutnya kita sebut saja satu group.
Pernah seorang Rowi yang sedang diselidiki mendapat nilai tidak baik, karena peristiwa sbb;
Seorang kakek mengulurkan tangannya memberikan hadiah kepada si cucu. Saat sang cucu mau mengambil hadiahnya, sang kakek sambil tertawa menggerakkan tangannya sehingga si cucu tidak bisa menangkapnya.
Penyidik yang mengunjunginya memberikan nilai tidak baik pada kakek tadi.
Kriteria tidak baik langsung diberikan kepada orang yang dalam bekerja mendapatkan gaji dari pemerintah.
Demikian ketatnya para investigator menyeleksi integritas dan kepribadian para periwayat / Rowi. Bahkan dari mana mereka mendapatkan penghasilan untuk menghidupi keluarganya pun dinilai.
Nilai sebuah Hadits ditentukan oleh reputasi Rahman1 dan guru-gurunya. Apabila jalur Rahman1 dan guru-gurunya baik, maka cerita / Hadits tadi bernilai baik. Tetapi bila jalur Rahman1 ada yang tidak baik, apalagi banyak yang tidak baik, maka nilai Hadits tadi lemah, atau bahkan ditolak!!
Hadits-Hadits yang lain ditentukan misalnya oleh group Rahman2 dan jalur guru-gurunya yang lain pula. Group Rahman3 dan jalur guru-gurunya yang lain pula. Group Rahman4 dan jalur guru-gurunya yang lain pula dst.
Penggolongan Hadits
Reputasi Hadits / cerita tentang Nabi Muhammad digolongkan antara lain sebagai berikut:
  1. Hadits Mutawatir. Adalah Hadits yang reputasinya paling bagus, karena banyaknya Rahman1, Rahman2, Rahman3, Rahman4 dan group-group yang lain, yang mempunyai reputasi baik tanpa terbantahkan, yang mengatakan hal yang sama “bahwa nabi mengatakan ………..” atau “nabi melakukan ………………” atau “nabi bersikap …………….”
  2. Hadits Shoheh / Sahih. Adalah Hadits yang sangat bagus, karena ucapan nabi banyak diriwayatkan oleh banyak group dengan reputasi bagus, tetapi tidak sebanyak group Hadits Mutawatir.
  3. Hadits Hasan. Adalah Hadits yang baik, karena ucapan nabi banyak diriwayatkan oleh para group dengan reputasi baik, tetapi tidak sebanyak group Hadits Shoheh / Sahih.
  4. Hadits Dlo’if. Adalah Hadits yang lemah. Hadits / cerita tentang nabi ini meskipun diriwayatkan oleh 7 periwayat yang bersambung ke atas misalnya, tetapi cacat dari kehidupan sehari-hari para periwayatnya. Atau diragukan adanya kesinambungan periwayat ke 4 dengan ke 3 misalnya, dsb.
  5. Hadits Mardud. Adalah Hadits yang ditolak!! Cerita tentang nabi dari group ini ditolak, karena cacat reputasi sehari-hari para periwayatnya, maupun kesinambungan antara periwayat satu dan yang lainnya tidak meyakinkan, dsb.
Yang perlu diperhatikan dalam Islam adalah: bahkan Hadits / cerita tentang panutan, dengan nilai ditolak pun, dalam Islam tetap ada periwayat yang bisa dihubungkan dan dilacak kebenarannya.
Bagaimana dengan Kitab Suci Al-Qur’an? Al-Qur’an banyak sekali yang menghafalkan. Jadi jelas nilainya jauh lebih baik dibandingkan Hadits Mutawatir.
Ilmu yang mempelajari periwayat Hadits ini bisa lebih detail pada Ilmu Mushtolah Hadits.

SHALAT BAGI YANG SAKIT

Oleh: AsianBrain.com Content Team
Shalat bagi yang sakit memiliki aturannya sendiri. Untuk seorang Muslim yang sakit, hukumnya shalat adalah wajib selama akal dan ingatannya masih berfungsi dengan baik, namun berbeda aturannya dengan shalat yang dilakukan ketika kita sehat.
Allah memberikan keringan bagi si sakit dalam melaksanakan shalatnya, yaitu:




A. Jika tidak dapat shalat sambil berdiri, boleh mengerjakan sambil duduk.
Caranya:
  1. Cara mengerjakan rukuknya ialah dengan duduk membungkuk sedikit.
  2. Sujudnya seperti sujud biasa, hanya saja dilakukan sambil duduk

B. Jika tidak dapt duduk, boleh mengerjakannya dengan cara dua belah kakinya diarahkan kea rah kiblat, kepalanya ditinggikan dengan alas bantal dan mukanya di arahkan ke kiblat.

Caranya:
  1. Cara rukuknya ialah dengan menggerakan kepala ke muka
  2. Sujudnya menggerakkan kepala lebih ke muka dan lebih ditundukkan.

C. Jika duduk seperti biasa dan berbaring pun tidak dapat, maka boleh berbaring dengan seluruh anggota badan dihadapkan ke kiblat. Rukuk dan sujudnya cukup menggerakakan kepala, menurut kemampuannya.

D. Jika tidak dapat mengerjakan dengan cara berbaring , maka cukup dengan isyarat, baik dengan kepala maupun dengan mata. Dan jika semuanya tidak mungkin, maka boleh dikerjakan dalam hati, selama akal dan jiawanya masih ada.

Bersucinya Orang yang Sakit
  1. Yang sakit wajib bersuci dengan air, wudlu dari hadas kecil dan mandi dari hadas besar.
  2. Jika tak mampu menggunakan air karena takut bertambah sakit atau terlambat sembuh, hendaklah ia bertayamum.
  3. Tayamum caranya dengan menyapukan tanah suci atau dinding tembok yang berdebu dengan kedua tangan ke bagian muka dan kedua telapak tangannya. Jika tak mampu bertayamum sendiri, maka bisa dibantu orang lain.
  4. Boleh bertayamum dengan dinding atau yang lainnya bila berdebu dan suci.
  5. Jika tak ada dinding yang berdebu, maka tidak dilarang menaruhkan tanah ke sapu tangan atau wadah penyaring lalu tayamum.
  6. Jika bertayamum untuk satu shalat dan masih tetap suci ketika shalat lain tiba, maka tayamum tak perlu diulangi.

SHALAT BAGI YANG SAKIT

Oleh: AsianBrain.com Content Team
Shalat bagi yang sakit memiliki aturannya sendiri. Untuk seorang Muslim yang sakit, hukumnya shalat adalah wajib selama akal dan ingatannya masih berfungsi dengan baik, namun berbeda aturannya dengan shalat yang dilakukan ketika kita sehat.
Allah memberikan keringan bagi si sakit dalam melaksanakan shalatnya, yaitu:




A. Jika tidak dapat shalat sambil berdiri, boleh mengerjakan sambil duduk.
Caranya:
  1. Cara mengerjakan rukuknya ialah dengan duduk membungkuk sedikit.
  2. Sujudnya seperti sujud biasa, hanya saja dilakukan sambil duduk

B. Jika tidak dapt duduk, boleh mengerjakannya dengan cara dua belah kakinya diarahkan kea rah kiblat, kepalanya ditinggikan dengan alas bantal dan mukanya di arahkan ke kiblat.

Caranya:
  1. Cara rukuknya ialah dengan menggerakan kepala ke muka
  2. Sujudnya menggerakkan kepala lebih ke muka dan lebih ditundukkan.

C. Jika duduk seperti biasa dan berbaring pun tidak dapat, maka boleh berbaring dengan seluruh anggota badan dihadapkan ke kiblat. Rukuk dan sujudnya cukup menggerakakan kepala, menurut kemampuannya.

D. Jika tidak dapat mengerjakan dengan cara berbaring , maka cukup dengan isyarat, baik dengan kepala maupun dengan mata. Dan jika semuanya tidak mungkin, maka boleh dikerjakan dalam hati, selama akal dan jiawanya masih ada.

Bersucinya Orang yang Sakit
  1. Yang sakit wajib bersuci dengan air, wudlu dari hadas kecil dan mandi dari hadas besar.
  2. Jika tak mampu menggunakan air karena takut bertambah sakit atau terlambat sembuh, hendaklah ia bertayamum.
  3. Tayamum caranya dengan menyapukan tanah suci atau dinding tembok yang berdebu dengan kedua tangan ke bagian muka dan kedua telapak tangannya. Jika tak mampu bertayamum sendiri, maka bisa dibantu orang lain.
  4. Boleh bertayamum dengan dinding atau yang lainnya bila berdebu dan suci.
  5. Jika tak ada dinding yang berdebu, maka tidak dilarang menaruhkan tanah ke sapu tangan atau wadah penyaring lalu tayamum.
  6. Jika bertayamum untuk satu shalat dan masih tetap suci ketika shalat lain tiba, maka tayamum tak perlu diulangi.

DZIKIR SETELAH SHALAT

Oleh: AsianBrain.com Content Team
Dzikir setelah shalat biasa dilakukan oleh rasulullah seusai melaksanakan shalat. Hal itu, dilakukan sebagai sarana mengingat dan mengagungkan Allah.
Zikir merupakan sarana manusia untuk berkomunikasi dengan Allah Swt yang menciptakan segala sesuatu. Dengan zikir, manusia menjadi orang yang dekat dengan Tuhannya.
Dengan zikir, insya Allah menjadikan hati menjadi tenang.
Ada beberapa jenis zikir yang dilakukan oleh rasulullah saw seusai shalat, salah satunya adalah sebagai berikut:

Astagfirullahaaladziim

(aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung)



Allahumma antassalaamu waminkasslaamu tabaarakta yaa dzaaljalaa li waalikraam

(Wahai Allah! Engkaulah Yang Maha Sejahtera, dan dari-Mulah (datang) kesejahteraan. Mahamulia Engkau wahai (Tuhan) Yang mempunyai kemegahan dan kemuliaan.)

Setelah itu disunahkan mengucapkan tasbih
  1. Subhanallah 33x (Maha Suci Allah)
  2. Alhamdulillah 33x (Segala puji bagi Allah)
  3. Allahu Akbar 33x (Allah Maha Besar)

Kemudian dilanjutkan membaca zikir:

La ilaaha illellohu wahdahula syariikalah, lahuulmulku walahuulhamdu wahuwa a’la kullisyaiin qadiir

(Tidak ada Tunan, kecuali Allah, sendiri-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah yang memiliki sekalian pemerintahan dan Dialah yang memiliki seluruh pujian. Dan Dia Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu.)


Dalil – dalil yang memerintahkan manusia agar berdzikir
  1. “Dan sesungguhnya mengingat ALLAH itu paling besar.” (QS al-Ankabut: 45)
  2. “Maka ingatlah kepada-KU, pasti AKU akan ingat kepadamu.” (QS al-Baqarah:1 52)
  3. “Dan ingatlah kepada RABB-mu di dalam hatimu dengan merendahkan diri dan
  4. merasa takut, dengan tidak meninggikan suaramu.” (QS al-A’raf: 205)
  5. “Wahai orang-orang yang beriman ingatlah kepada ALLAH sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah kepda-NYA pada pagi dan petang hari.” (QS al-Ahzab:4 1-42)

DOA QUNUT


Doa qunut adalah sebuah doa yang dibaca ketika shalat jamaah subuh dan isya. Kata qunut sendiri berasal dari kata qanata, artinya patuh dalam mengabdi (kepada Allah).
Doa qunut sendiri ada 2 macam:
Pertama, doa qunut yang khusus ditujukan kepada Tuhan pada waktu terjadi malapetaka., sebagaimana pernah terjadi pada waktu 70 mubalig yang terdiri dari para sahabat rasul dibunuh oleh Kabilah Ra’l, Dakwan, dan lain-lain.
Doa qunut ini mengandung permohonan agar orang-orang kafir itu mendapat hukuman dari Tuhan. 
Kedua, doa qunut ini merupakan permohonan agar orang-orang kafir itu mendapat hukuman dari Allah Swt. Utnuk dihindarkan dari malapetaka atau bahaya yang mengancam, sebagaimana pernah dilakukan oleh Abu Bakar sebelum bertempur dengan Musailamah.
Menurut hadits, doa qunut ini diucapkan pada waktu i’tidal (berdiri setelah rukuk) pada waktu shalat jamaah subuh dan isya. Adapun doanya adalah:

Allahummahdinii fii man hadaiit, wa aafinii fii man aafaiit, wa tawallanii fi man tawallaiit, wa baarik lii fiimaa athaiit. Wa qinii bi rahmatika syarra maa qadhaiit. Fa innaka taqdhii wa laa yuqdhaa ‘alaiik. Wa innahu laa yudzillu man waalaiit. Wa laa ya’izzu man ‘aadaiit. Tabaarakta rabbanaa wa ta’aalait. Fa lakal-hamdu ‘alaa maa qadhaiit astaghfiruka madinin-nabiyyil ummuyyi wa ‘alaa aalihii wa shahbihii wa sallam.
Artinya:
“Ya Allah, berilah aku petunjuk seperti orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk. BErilah aku kesehatan seperti orang yang telah Engkau beri kesehatan. Pimpinlah aku bersama-sama orang-orang yang telah Engkau pimpin. Berilah berkah pada segala apa yang telah Engkau pimpin. Berilah berkah pda segala apa yang telah Engkau berikan kepadaku. Dan peliharalah aku dari kejahatan yang Engkau pastikan. Karena, sesungguhnya Engkaulah yang menentukan dan tidak ada yang menghukum (menentukan) atas Engkau. Sesungguhnya tidaklah akan hina orang-orang yang telah Engaku beri kekuasaan. Dan tidaklah akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha berkahlah Engkau dan Maha Luhurlah Engkau. Segala puji bagi-Mu atas yang telah engkau pastikan. Aku mohon ampun dan kembalilah (taubat) kepada Engkau. Semoga Allah memberi rahmat, berkah dan salam atas nabi Muhammad beserta seluruh keluarganya dan sahabatnya.”

ARTI SHOLAT

ARTI SHALAT


Arti shalat secara bahasa adalah doa atau rahmat, Kata “Shalat” berasal dari bahasa Arab, yang secara istilah adalah suatu tindakan khusus memuliakan Allah yang berisikan perkataan-perkataan (aqwal) dan perbuatan-perbuatan (af’al) yang dimulai dengan takbit dan diakhiri dengan salam, berdasarkan syarat-syarat dan rukun-rukun tertentu.
Dalam mengerjakan shalat ini, tentunya kita harus megikuti tata cara sebagaimana tata cara rasulullah saw shalat. Rasulullah saw bersabda, "Shalatlah kalian sesuai dengan apa yang kalian lihat aku mempraktikkannya". (HR Bukhari-Muslim).


A. Hukum Shalat
Shalat mempunyai hukumnya tersendiri, yang secara garis besar dapat dibagi menjadi 2, yakni:

1. Fardhu
Ialah shalat yang diwajibkan Allah untuk manusia laksanakan. Shalat Fardhu terbagi lagi menjadi dua, yaitu :
Fardhu ‘Ain: ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf langsung berkaitan dengan dirinya dan tidak boleh ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang lain, seperti shalat lima waktu, dan shalat jum'at (Fardhu 'Ain untuk pria).
Fardhu Kifayah: ialah kewajiban yang diwajibkan kepada mukallaf tidak langsung berkaitan dengan dirinya. Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada sebagian orang yang mengerjakannya. Akan tetapi bila tidak ada orang yang mengerjakannya maka kita wajib mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak dikerjakan. Seperti shalat jenazah.

Jika kita meninggalkan shalat yang wajib dilaksanakan (shalat 5 waktu), maka hukumnya adalah dosa. Dari Abu Sufyan ia berkata, Aku telah mendengar Jabir berkata, aku telah mendengar nabi Muhammad saw bersabda:

 “Sesungguhnya batas antara seseorang dengan Syirik dan kekufuran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim, Abu Daud, an-Nasaie, at-Turmudzie dan Ibnu Majah)

2. Nafilah (shalat sunnat)
Adalah shalat-shalat yang dianjurkan atau disunnahkan akan tetapi tidak diwajibkan. Shalat nafilah terbagi lagi menjadi dua, yaitu :
Nafil Muakkad adalah shalat sunnat yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat (hampir mendekati wajib), seperti shalat dua hari raya, shalat sunnat witr dan shalat sunnat thawaf.
Nafil Ghairu Muakkad adalah shalat sunnat yang dianjurkan tanpa penekanan yang kuat, seperti shalat sunnat Rawatib dan shalat sunnat yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan keadaan, seperti shalat kusuf/khusuf hanya dikerjakan ketika terjadi gerhana).


B. Rukun Shalat
  1. Niat
  2. Takbiratul ihram
  3. Berdiri bagi yang sanggup
  4. Membaca surat Al-Fatihah
  5. Ruku' dengan thu'maninah
  6. I'tidal dengan thu'maninah
  7. Sujud dua kali dengan thu'maninah
  8. Duduk antara dua sujud dengan thu'maninah
  9. Duduk dengan thu'maninah serta membaca tasyahud akhir dan shalawat nabi
  10. Membaca salam
  11. Tertib (melakukan rukun secara berurutan)

C. Manfaat dan Hikmah Shalat
Shalat mempunyai manfaat atau hikmah yang bisa dipetik bagi orang yang menjalankannya, beberapa di antaranya:

1. Dapat mencegah perbuatan yang keji dan mungkar
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat lain) Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. al-‘Ankabut: 45)

2. Mencegah pelakunya dari aneka macam kesesatan
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. (QS. Maryam: 59)

3. Shalat dapat menjauhkan diri dari sifat mengeluh & kikir
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh-kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya. (QS. al-Ma’arij: 19-23)

4. Menghapus dosa-dosa kecil
Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah bersabda:

“Shalat lima kali sehari dan shalat jum’at ke jum’at merupakan pelebur dosa selama tidak melakukan dosa besar.” ( HR. Muslim, Ahmad, Turmudzie dan Ibnu Majah)

5. Selamat dari siksa hari kiamat
“Barang siapa yang menjaga shalatnya, niscaya ia akan menjadi cahaya, bukti dan penyelamat baginya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan ath-Thabrani)

6. Menenangkan dan menenteramkan hati
Rasulullah bersabda:

“Penyejuk Hatiku ada di dalam shalat.” (HR. Ahmad dan an-Nasaie)


D. Tips-tips agar Shalat Khusyu
Pengertian khusyu' di dalam shalat adalah, suatu kondisi di mana hati penuh dengan ketakutan, mawas diri dan tunduk pasrah di hadapan keagungan Allah.
Kesemuanya itu lalu membekas dalam gerak-gerik anggota badan yang penuh hikmat dan konsentrasi dalam shalat, bila perlu menangis dan memelas kepada Allah; sehingga tak memperdulikan hal lain.
Ada beberapa kiat yang bisa kita lakukan agar ibadah shalat kita bisa khusyu, seperti misalnya saja:
  1. Mengenal Allah, Menghadirkan, Mengagungkan dan Takut Kepada-Nya.
  2. Hendaknya Orang Yang Shalat Menyadari Bahwa Shalat Adalah Perjumpaan, Sekaligus Komunikasi Dirinya Dengan Allah
  3. Ikhlash Dalam Melaksanakannya
  4. Mengonsentrasikan Diri Hanya Untuk Allah
  5. Menghindari Berpalingnya Hati Dan Anggota Tubuh Dari Shalat
  6. Merenungi Setiap Gerakan Dan Dzikir-Dzikir Dalam Shalat
  7. Memelihara Tuma'ninah (Ketenangan), Dan Tidak Terburu-buru Dalam Shalat
  8. Semangat Dalam Melakukannya
  9. Memilih Tempat Shalat Yang Sesuai
  10. Menghindari Segala Yang Menyibukkan Dan
  11. Mengganggu Sahalat
  12. Memanjangkan Bacaan
  13. Hendaknya kita shalat, seperti shalatnya orang yang akan bepergian jauh (meninggalkan alam fana)

JUNUB

Fardhu Mandi

1. Niat:

Nawaitul-gusla li raf’il-hadatsil-akbari fardhal lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Aku berniat mandi wajib untuk menghilangkan hadats besar fardhu karena Allah.”

2. Membasuh seluruh badan dengan air, meratakan airnya ke senua rambut dan kulit
3. Menghilangkan najis


B. Sunah Mandi
  1. Mendahulukan membasuh segala kotoran dan najis dan seluruh badan
  2. Membaca “Bismillaahir-rahmaanir-rahiim” pada permulaan mandi
  3. Menghadap kiblat sewaktu mandi dan mendahulukan bagian kanan daripada kiri
  4. Membasuh badan sampai tiga kali
  5. Membaca doa sebagaimana membaca doa sesudah berwudhu
  6. Mendahulukan mengambil air wudhu, yakni sebelum mandi disunahkan berwudhu lebih dahulu